Bi-Weekly Forum Asah Kepekaan Lingusitik Mahasiswa

Al-Bayaanaat.com- Fakultas Adab dan Ilmu Budaya (FADIB) gelar Bi-Weekly Forum untuk Program studi (Prodi) Bahasa dan Sastra Arab (BSA) pada Senin, 13 September 2021. Acara kali ini berhasil menghadirkan tiga narasumber dengan fokus keahlian yang beragam yaitu Prof. Dr. Hj. Albertine Minderop. M. A. dari Universitas Darma Persada Jakarta Timur, Dr. Tadkirotun Musfiroh, M. Hum. dari Universitas Negeri Yogyakarta, dan Prof. Dr. H. Sugeng Sugiyono, M.A. dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang berlangsung secara daring melalui Zoom dihadiri oleh dosen, mahasiswa dan akademisi lainnya. Antusiame peserta dapat dilihat dari penuhnya kuota Zoom sehingga peserta lainnya mengikuti melalui siaran langsung di kanal YouTube.

Forum Bi-Weekly merupakan acara rutin yang diselenggarakan oleh Fakultas Adab dan Ilmu Budaya, dengan fokus kajian berbeda setiap minggunya. Tema yang diusung kali ini adalah “Psikolinguistik dan Psikologi Sastra dalam Kajian Bahasa dan Sastra Arab”. Menurut Dr. Ening Herniti, M. Hum (kepala Prodi BSA), tema ini dikaji karena dapat membuka ruang kajian baru dalam sastra Arab. Hal ini dibenarkan oleh Dr. Yulia Nasrul Latifi, S. Ag., M. Hum., selaku moderator. Menurutnya, perkembangan bahasa dan sastra yang interdisipliner membuatnya bersinggungan dengan disiplin ilmu lain. Dr. Muhammad Wildan, M. A, selaku dekan FADIB juga mengapresiasi acara ini. Selain itu, beliau juga menambahkan tema yang dipilih dapat memotivasi mahasiswa untuk lebih serius belajar bahasa Arab.

Kuliah dibagi dalam tiga sesi yaitu pengenalan, materi dan diskusi. Prof Albertine menjelaskan bahwa beliau sering mengutip karya Sigmund Freud, Abraham Maslow dan Carl Jung. Beliau mengaku kajian definisi kepribadian belum selesai, karakteristik manusia selalu menjadi pertanyaan, “Ada yang mengatakan kualitas nalar yang memunculkan kepribadian. Juga adanya id, ego dan superego serta pengaruh lingkungan.” jelasnya ketika kuliah umum. 

Lebih lanjut Albertine memaparkan konflik-konflik yang dialami manusia yaitu Inner Conflict (koflik dari dalam) dan Outer Conflict (konflik dari luar). Inilah yang sering tampil dalam karya sastra, unsur konflik dengan diri sendiri juga rasa bersalah. Beliau mengutip pendapat Sigmund Freud bahwa gelora seks muncul sejak bayi  seperti menikmati air susu ibu (ASI) atau buang hajat, kemudian mengapa Freud sering menonjolkan seksual dalam karyanya? “Karena dia bukan moralist melainkan psikoanalist jadi tidak berbicara hal bersifat moral dan agamis apa adanya gitu.” tambahnya.

Narasumber kedua yaitu Tadkirotun Musfiroh, membagi dinamika psikolinguistik dalam tiga masa yaitu awal, mesra dan kemandirian. Di masa awal ada formalis, linguistik dan kognitif baru yang membentuk psikolinguistik. Pada masa awal, masih terjadi perselisihan ruang kajian psikologi bahasa dan psikolinguistik. Kemudian masa mesra, Takdirotun sengaja menandainya dengan “masa mesra” karena psikolinguistik dan bahasa mulai mengkaji bersama bahkan tumpang tindih. Selanjutnya, masa kemandirian psikolinguistik kajiannya sudah luas yang mengajak beberapa disiplin ilmu dan merambah ke terapan.

Pada sesi ketiga, Prof Sugeng menjelaskan kata linguistik berasal dari kata lingua yang merupakan bahasa Roman kemudian diambil oleh bahasa Inggris menjadi language dan menjadi ambigu ketika masuk ke bahasa Arab karena belum ada hubungan konkret antara language dan lughah. Sebagai contoh, linguistik terdahulu menyamakan Fiqh Lughah dan Ilmu al-Lughah, padahal Fiqh al-Lughah datang untuk mengkaji kerabat-kerabat bahasa kepada rumpun dan induknya. “Juga teks-teks kuno diteliti secara historis dan diakronik,” paparnya. Sedangkan Ilmu al-Lughoh-lah yang senada dengan illmu bahasa di barat. (Qayyumul/Hidayati)

Posting Komentar

0 Komentar