Dalam ilmu kebahasaan, dikenal istilah bahasa lisan
dan bahasa tulisan. Bahasa lisan adalah bahasa yang diucapkan langsung
menggunakan tutur kata, sementara bahasa tulisan adalah bahasa yang disampaikan
menggunakan media perantara teks tertulis. Hal ini seperti yang kita lakukan
sehari-hari yang tidak lepas dari bahasa lisan dan bahasa tulisan. Tetapi,
terkadang kita kurang memperhatikan, apakah bahasa yang kita ucapkan dan kita
tulis benar atau salah. Hal ini seperti kasus pada Ustadzah Nani Handayani.
Siapa, sih, yang tidak kenal dengan Ustadzah Nani
Handayani? Beliau dikenal sebagai penceramah yang aktif mengisi pengajian
majelis taklim, menghadiri kajian keislaman di kantor-kantor, dan menjadi
pembicara keagamaan dalam sebuah acara pada salah satu stasiun televisi. Pada
bulan Desember 2017 lalu, netizen sempat digemparkan oleh kesalahan penulisan
ayat Al quran dalam acara Syiar Kemuliaan di Metro TV sehingga menimbulkan
berbagai macam kritikan dari berbagai kalangan di media sosial. Dalam acara
tersebut, beliau melakukan kesalahan penulisan pada dua ayat Alquran, yaitu
pada QS al-Ankabut ayat
45 dan QS al-Ahzab ayat 21.
1. Penulisan pada QS. al-Ankabut Ayat 45
Dalam ceramahnya yang membahas tentang keutamaan
salat pada acara Syiar Kemuliaan Metro TV, Ustadzah Nani Handayani memaparkan
potongan QS al-Ankabut ayat 45, sebagai berikut:
Bila merujuk teks asli pada Al quran, penulisan QS al-Ankabut ayat yang benar
adalah sebagai berikut.
بِسْمِ للهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِیْمِ
اِنَّ الصّلَوةَ تَنْھَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنْكَرِ
Dari gambar di atas, terdapat empat kesalahan
penulisan yang ditinjau dari segi kurangnya huruf, kesalahan huruf, dan kesalahan
harakat.
Pertama,
pada kata ( الصَّلوةَ) terjadi pengurangan huruf, yaitu pengurangan huruf wawu
yang seharusnya terletak setelah huruf lam, sehingga ( الصَلَةَ ).
Kedua,
pada kata (تنھى) terjadi kesalahan penulisan huruf yaitu penulisan huruf (ه)
menjadi huruf ( ح), selain itu juga terjadi pengurangan huruf alif layyinah (ى),
sehingga menjadi (تَنْحَ).
Ketiga,
pada kata ( الفَحْشَآءِ ) terjadi pengurangan dua huruf, (ا) dan ( ء) yang seharusnya
terletak setelah huruf (ش), sehingga menjadi (الفَحْشَ).
Keempat,
terjadi kesalahan harakat pada kata yang seharusnya dibaca (المُنْكَرِ) karena
mengikuti kata majrur sebelumnya yang dihubungkan dengan wawu athaf, ditulis
menjadi (المُنْكَرَ).
2. Penulisan pada QS al-Ahzab Ayat 21
Di lain waktu pada acara yang sama, dalam ceramahnya
beliau juga memaparkan potongan QS al-Ahzab ayat 21 sebagai berikut.
Merujuk pada teks asli QS al-Ahzab ayat 21 pada Alquran, penulisan yang benar, sebagai berikut.
Pada gambar di atas terdapat tiga kesalahan penulisan
ayat Alquran yang ditinjau
dari segi pengurangan huruf, penambahan
huruf, dan kesalahan harakat.
Pertama, pada
kata ( كَانَ ) terjadi pengurangan
satu huruf yaitu huruf ( ا) yang seharusnya
terletak setelah huruf (ك) sehingga menjadi ( كَنَ ). Hal ini akan menjadi kefatalan
apabila ayat yang dipaparkan tersebut ditulis tanpa harakat, maka tulisannya
akan menjadi kata ( كن ). Dalam ilmu Sharf, kata ( كَانَ ) yang awalnya merupakan
fi’il madhi atau kata kerja yang menunjukkan
waktu lampau dari dhomir (ھُوَ) yang
berarti ada, jika ditulis demikian (كن), maka kata tersebut bisa saja dibaca menjadi (كُنَّ)
, fiil madhi dari dhomir (أَنْتُنَ) atau dibaca (كُنْ)
yang merupakan fi’il amr (perintah)
yang bermakna jadilah.
Kedua, pada
kata (رَسُوْلٌ) terjadi penambahan dua huruf yaitu huruf (ا) dan (ل) menjadi (الرَّسُوْلُ)
selain itu terjadi pula kesalahan harakat pada kata ini, yaitu huruf lam diberi
harakat dhommah, padahal huruf “lam”
seharusnya berharakat kasrah karena merupakan
isim majrur yang terletak setelah huruf
jar ( فِيْ ). Perlu diketahui pada
kata (رسول) harakat yang diberi bukanlah kasrahtain
(ٍ) karena kata ( رسول ) merupakan isim
ma’rifat yaitu sebagai mudhaf
dari mudhaf
ilaih ( لله).
Ketiga, pada
kata ( أُسْوَةٌ ) terjadi penambahan huruf yaitu ( ا) yang terletak setelah
huruf (و), sehingga menjadi (أُسْوَاةٌ). Kesalahan penulisan tersebut jelas menimbulkan
arti baru dari ayat Al quran tersebut. Kesalahan pada kasus ini, dipicu oleh
salah satu faktor kurang pahamnyaakan ilmu nahwu
sharaf, yang mana kedua ilmu tersebut sangat diperlukan untuk membaca
teks-teks berbahasa arab. Karena bahasa arab dapat dikatakan bahasa yang
sensitif, salah satu titik saja, lain lagi artinya. Hal ini berkaitkan antara
bahasa lisan dan bahasa tulisan yang tidak sejalan. Dimana seseorang hanya
mengandalkan indera pendengar tanpa mencari tau bagaimana penulisan yang
semestinya. Seyogyanya bagi penceramah lebih memperhatikan hal-hal yang tidak semestinya
terjadi. Karena ia akan menyampaikan nasihat keislaman pada khalayak ramai.
0 Komentar
Silahkan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan