MENJAMU BAHASA LISAN DAN TULISAN



Bahasa memiliki lebih dari satu makna atau pengertian. Bahasa dibentuk oleh kaidah aturan serta pola yang tidak boleh dilanggar agar tidak menyebabkan gangguan dalam komunikasi yang terjadi. Kaidah, aturan sertapola-pola yang dibentuk dalam bahasa mencakup tata bunyi, tata bentuk dan tata kalimat.Sehingga untuk mewujudkan komunikasi yang lancar dan baik maka penerima maupun pengirim bahasa harus menguasai bahasanya. 

Apakah bahasa itu? 

Seperti yang dikemukakan Kridalaksana (1983 dan juga dalam Djoko Kentjono 1982) “Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerjasama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri”. Dewasa ini, bahasa bukan saja merupakan properti atau bahan yang hanya bisa dikaji oleh sebelah pihak, melainkan alat komunikasi antar personal yang mana dalam berkomunikasi selalu diiringi oleh interpretasi yang di dalamnya mengandung makna.

Selaras dengan kegiatan manusia yang selalu berubah, maka bahasa pun ikut menjadi berubah, menjadi tidak tetap dan menjadi dinamis. Perubahan dalam bahasa dapat berupa pemunculan kata atau istilah baru, peralihan makna sebuah kata dan perubahan-perubahan lainnya. Bahasa juga bersifat sistematis atau sistemis di mana susunan dalam bahasa urut menurut pola/kaidah dan tidak secara acak.

Dan pada dasarnya Bahasa adalah bunyi, dimana manusia lebih dulu mengenal bahasa lisan sebelum bahasa tulis, selayaknya anak kecil yang lebih dahulu belajar berbicara sebelum akhirnya mereka belajar menulis. Di dunia ini banyak orang yang bisa berbahasa lisan namun mereka buta dalam menuliskannya. Oleh sebab itu bahasa adalah ucapan dimana bahasa lisan merupakan unsur primer dan bahasa tulis adalah sekundernya.

Bahasa Lisan danBahasaTulis

Telah dikatakan di atas bahwasanya Bahasa Lisan adalah unsur utama (primer).Bahasa lisan merupakan bahasa yang dihasilkan alat ucap di mana fonem sebagai unsur dasar. Dalam hal ini bahasa lisan lebih banyak berurusan dengan tata bahasa, kosakata dan lafal. Bahasa Lisan lebih ekspresif di mana mimik, intonasi dan gerak tubuh bercampur menjadi satu untuk mendukung komunikasi yang dilakukan. 

Dalam perwujudannya, situasi dan kondisi pembicaraan menjadi pendukung di dalam memahami makna gagasan yang disampaikan dan hal tersebut dapat menentukan kebakuan bahasa lisan. Kaidah-kaidah yang digunakan pada saat formal  berbeda dengan kaidah yang digunakan pada saat pembicaraan non formal. Dalam pembicaraan formal maka akan lebih menggunakan gaya bahasa lisan yang baku, padat, tertata dan tidak bertele-tele. Sedang untuk pembicaraan non formal lebih mengacu kepada dialek bahasa yang digunakan atau menggunakan bahasa yang lagi hangat diucapkan dalam masyarakat. 

Bahasatulisadalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan, dengan huruf sebagai unsur pendorongnya. Dalam hal ini kita dituntut untuk memenuhi kelengkapan unsur tata bahasa tersebut, seperti bentuk kata, ketepatan pemilihan kata serta susunan kalimat dan penggunaan tanda baca atau kebenaran penggunaan ejaan. Hal ini memperjelas bahwa bahasa tulis sangat berhubungan dengan tata cara penulisan dan penguasaan kosa kata. 

Bahasa Tulis cenderung lebih mudah memicu timbulnya kesalahan. Karena keseluruhan kata dalam tulisan akan dikoreksi, terutama jika menyangkut masalah kebakuan. Ada banyak hal yang harus diperhatikan, seperti penggunaan tanda baca, huruf kapital serta kepadatan kalimat. Selain itu, Bahasa Tulis juga kerap menimbulkan kesalahpahaman antara pengirim pesan dan penerimanya. Pada Bahasa Tulis, penerima pesan tidak dapat mendengar intonasi atau melihat mimik wajah pengirim pesan sehingga imajinasinya sendiri yang bermain di dalamnya. Selain itu penerima pesan juga membutuhkan waktu pemahaman lebih untuk mengerti maksud dan tujuan dari pesan yang diterima.

Keterampilan Bahasa

Keterampilan dalam berbahasa memang sangat dibutuhkan, baik dalam bahasa lisan maupun bahasa tulis guna tercapainya sebuah komunikasi antara pengirim pesan dan penerimanya.Dalam mengirimkan pesan, si pengirim harus memilik keterampilan dalam melakukan proses encoding. Sebaliknya dalam menerima pesan si penerima harus memiliki keterampilan dalammelakukan proses decoding. Seseorang yang memiliki keterampilan bahasa, maka dia akan mudah dalam mengungkapkan pikiran, mengekspresikan keadaan, menyampaikan pendapat serta melaporkan fakta-fakta yang diamatinya. Sehingga komunikasi yang berjalan tidak mengalami beberapa hambatan.Namun tidak banyak orang yang memperhatikan hal tersebut, sehingga munculah berbagai masalah-masalah yang terjadi di masyarakat. Kaidah-kaidah dalam berbahasa seolah menjadi hal yang tidak penting lagi.

Baru-baru ini umat muslim dibuat heboh dengan adanya tayangan televisi mengenai kesalahan yang dilakukan oleh Ustazah Nani Handayani pada saat mengisi acara Syiar Kemuliaan yang ditayangkan di salah satu stasiun televisi nasional. Sehingga tulisan tersebut memicu banyaknya kontroversi. Tidak sedikit orang yang memberikan berbagai macam komentar demi menanggapi masalah tersebut.

Seperti dilansir dalam kumparan.com, Yon Machmudi, seorang dosen Sastra Arab Universitas Indonesia mengatakan, “Dalam bahasa Arab itu ada kaidah penulisan berdasarkan tata bahasa maupun pengucapannya. Maka dalam penulisan ayat Al-Quran atau Hadist harus hati-hati, apalagi jika tulisan tersebut ditunjukkan ke publik”. Hal ini menunjukkan bahwa pentingnya memperhatikan kaidah-kaidah di dalam berbahasa.

Setiap bahasa memiliki kaidahnya masing-masing, terutama bahasa arab. Kebanyakan orang awam yang baru mempelajari bahasa arab, mereka akan lebih fokus pada keterampilan mendengar dan berbicara tanpa mengimbanginya dengan keterampilan menyimak serta menulis secara benar. Pengalihan sebuah kata dalam satu kalimat yang tidak sesuai akan menimbulkan masalah baru atau perubahan makna sehingga tidak sesuai dengan maksud serta tujuan yang hendak disampaikan.

Ada baiknya kita mengulas sedikit masalah di atas yang sempat ramai diperbincangkan beberapa bulan yang lalu. Bagi orang awam mungkin kesalahan tersebut terkesan biasa didukung dengan adanya kalimat yang mengatakan bahwasanya manusia tempatnya salah dan dosa, namun bagi mereka yang memahami benar bahasa arab, mereka tidak segan-segan untuk mengatakan jika kesalahan tersebut sangatlah fatal. Terlebih jika yang ditulis adalah penggalan ayat Al-Quran yang harus dijaga kebakuannya untuk menghindari perbedaan makna.

Dalam penggalan Surat Al-‘Ankabut ayat 45, hampir keseluruhan penulisannya salah. Ada 6 kata dalam penggalan ayat yang ditulis di atas layar tersebut dan terdapat 4 kesalahan itu artinya hanya ada 2 kata yang benar, apakah ini sebuah kebetulan?

Kita tarik satu contoh sebagai gambaran sedikit jika kesalahan dalam penulisan dapat mempengaruhi perubahan makna. Makna penggalan dari ayat yang sebenarnya adalah “Sesungguhnya sholat itu dapat mencegah dari perbuatan keji dan munkar”. Namun bagaimana jika kata تنهى yang seharusnya bermakna “mencegah” diubah menjadi تنح  yang cenderung tak bermakna?, tentu saja makna dari ayat tersebut tidak akan tersampaikan dengan baik. Ini jika kita melihat kesalahan dalam satu kata, lalu bagaimana jika kesalahan penulisan tersebut hampir disemua kata yang di tulis?. Waallahu a’lam.

Dari kasus tersebut kita dapat menarik kesimpulan bahwasanya sangat penting di dalam berbahasa kita harus selalu memperhatikan kaidah-kaidah serta pola dan unsur-unsur yanga ada demi menghindari kesalahan yang akan ditimbulkan terlebih jika hal tersebut hendak kita sampaikan ke masyarakat atau khalayak publik. Keterampilann bahasa bukan saja membaca, mendengar dan berbicara melainkan menulis juga sangat penting di mana keterampilan ini hierarki yang paling rumit dan kompleks di antara jenis-jenis keterampilan bahasa lainnya.Oleh karenanya, marilah kita selalu memperhatikan kaidah-kaidah dengan tidak melupakan unsur-unsur pembangun bahasa dan lebih terampil lagi dalam berbahasa sehingga keempat keterampilan bahasa tersebut mampu dikuasai dengan baik sehingga meminimalisir timbulnya kesalahan baik secara lisan maupun tulisan. Innallaha ‘alaa kulli syaiin qodir.

Posting Komentar

0 Komentar