Judul Buku : Tahun-tahun yang Menentukan Wajah Timur

Penulis        : Muhammad Iqbal

Penerbit      : EA Books

Tebal Buku    : xii, 210 halaman

Tahun Terbit : 2019


Napoleon Bonaparte — meskipun telah dipukul mundur oleh Ahmet Jazzat dalam misinya untuk merebut Yerusalem, setelah dia lari ke Mesir dan berlayar pulang ke Prancis — namanya dielu-elukan sebagai “sang penakluk yang pulang”. 

Lagu “Pornant pour la Syrie” menjadi saksi perjalanan Bonaparte di Yafa. 

Informasi di atas tercatat di buku Tahun-tahun yang Menentukan Wajah Timur, karya Muhammad Iqbal, seorang pembelajar sejarah di IAIN Palangka Raya. Tepatnya, pada satu esai yang berjudul “Napoleon Gagal Menguasai Yerusalem pada Bulan Ramadhan”.

Buku tersebut awalnya merupakan kumpulan tulisan artikel penulis yang dimuat di kolom Kronik Ramadan di media Tirto.id pada 17 Mei-15 Juni 2018. Setiap artikel memuat berbagai fakta dan informasi sejarah yang menarik. Iqbal menggunakan terminologi fotografi, mengambil gambar sejarah dari perspektif yang unik dan angle yang tidak biasa. Sehingga, kisah yang disampaikan merupakan kisah-kisah umum (yang mungkin sudah jamak diketahui), tetapi pembaca masih akan kagum dengan detail-detail yang diuraikan.

...

“Sejarah dapat dipahami oleh orang awam maupun terpelajar,” kata Ibnu Khaldun. Orang yang tidak mempelajari sejarah secara spesifik, masih mendapatkan informasi sejarah yang ada di permukaan, seperti berbagai kejadian politik, dinasti, negara, bangsa, dan peristiwa-peristiwa masa lalu, yang disajikan dengan bahasa indah dan diberi sentuhan kata-kata motivasi. Namun, sejarah masih memiliki dimensi yang lebih dalam lagi. Penulisan sejarah itu melibatkan spekulasi dan upaya untuk menemukan kebenaran, penjelasan terperinci tentang sebab-sebab dan asal-usul dari kenyataan yang ada, serta pengetahuan mendalam mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi.

Dalam buku tersebut, penulis memberi kesempatan kepada orang awam untuk sedikit menyentuh bagian sejarah yang sublim itu. Melalui esai ciamik dengan gaya bahasa yang santai, Iqbal menulis 30 kisah sejarah tentang peristiwa-peristiwa yang sedikit dapat menggambarkan wajah Timur.

Timur diberi topeng oleh Iqbal dan diwujudkan sehingga eksistensinya mampu memengaruhi peradaban manusia. Iqbal, sebagai konduktor, menggiring para pembaca untuk mengambil semangat dan hikmah pada setiap lembaran sejarah Timur yang warna-warni. Seperti pada peristiwa terbunuhnya Ali bin Abi Thalib; bahwa betapa krisis politik yang melibatkan pencarian tampuk kekhalifahan itu mampu menyebabkan pertumpahan darah. Bahwa Khadijah merupakan wujud puisi dan prosanya Nabi Muhammad. Dan lain-lain. 

Dalam buku ini, Iqbal tidak menulis setiap kolomnya secara berurutan; secara timeline maupun tema. Sehingga ada sedikit kebingungan bagi pembaca dalam menelaahnya. Menurut Iqbal dalam prolognya, karya ini tidak berpretensi ilmiah dan tidak bersifat novelty, tetapi karya ini mampu menyegarkan kembali pikiran kita atas peristiwa-peristiwa tempo dulu di dunia Islam, khususnya tentang apa yang terjadi pada bulan puasa yang membentuk kehidupan kita di era kiwari dan masa depan.

Buku ini tentu bagus dibaca untuk orang awam (seperti saya) sebagai intro mempelajari sejarah. Esai-esai yang ditulis — meskipun ringan dan renyah —  tetap menggunakan rujukan yang jelas dan kuat, tanpa mengubah esensi maknanya.

Azka Purnama El-Faatih, Mahasiswa Bahasa dan Sastra Arab UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Tim redaksi al-Bayaanaat menerima naskah tulisan berupa, opini, kajian bahasa dan sastra, cerpen, puisi, dan resensi buku. Tema bebas, disesuaikan dengan karakter albayaanaat.com sebagai media mahasiswa cendekia bernafaskan bahasa, sastra, dan budaya yang dapat dibaca oleh semua kalangan. Silahkan kirim karya tulis kalian ke email redaksi albayaanat.uinsuka@gmail.com dengan melampirkan biodata diri serta nomor telepon yang bisa dihubungi. Untuk syarat dan ketentuan pengiriman naskah, silahkan klik kirim naksahTerimakasih. 


Posting Komentar

0 Komentar