Mahasiswa dan Tugas, Sehidup Tetapi Tak Semati



al-Bayaanaat.com- Tugas kuliah memang sudah layaknya kebutuhan pokok bagi mahasiswa. Sandang, pangan dan papan kini tak lagi menjadi tiga bersaudara sebab sudah disusupi
ras baru—tugas. Mau tidak mau, suka tidak suka, ingin tidak ingin mahasiswa mesti melahap habis tugas-tugas yang diberikan para dosen. Tidak seperti makanan yang bisa membuat konsumennya puas, tugas kuliah malah menimbulkan kekacauan dalam kepala mahasiswa. Pertemuan dengan tugas tak hanya dirasakan di dunia nyata bahkan kadang terbawa sampai ke alam mimpi. Kesimpulannya, tugas dapat meningkatkan tingkat stres mahasiswa.

Dalam sebuah berita disebutkan bahwa ada mahasiswa sampai bunuh diri gara-gara tugas kuliah. Ini menandakan bahwa tugas kuliah bisa mempengaruhi keadaan psikis mahasiswa. Di samping keresahan akibat tugas kuliah yang dirasakan, mungkin ada faktor lain yang menuntunnya untuk mengakhiri hidup. Tetapi tetap saja tugas kuliah memiliki andil dalam meracuni pikirannya.

Sebenarnya, tidak selamanya tugas kuliah selalu membuat otak mahasiswa serasa diobrak-abrik. Ada juga mahasiswa yang malah senang jika diberi tugas. Hal itu dianggap sebagai kesempatan baginya untuk mengembangkan diri dan mengeksplor dunia lebih luas lagi. Tetapi, “kebanyakan mahasiswa” merasakan hal yang tidak menyenangkan. Lagi-lagi bernama “stres”.

Stres seakan menjadi teman karib bagi mahasiswa. Stres itu tekanan. Di dalam ilmu psikologi, stres berarti persepsi dan respon terhadap tekanan. Tugas pada hakikatnya menekan mahasiswa untuk bisa memahami mata kuliahnya. Percaya tidak percaya tugas dapat memacu tingkat kesadaran mahasiswa untuk tidak menjadi manusia mager (malas gerak). Sebut saja tugas makalah. Mahasiswa dituntut untuk mencari berbagai macam referensi baik itu dari buku, internet dan lainnya agar bisa menyelesaikan makalahnya. Sebagai mahasiswa, wajib baginya “bergerak” agar bisa menyelesaikan tugas makalah. Hal tersebut adalah salah satu sisi positif dari tugas agar tulisan ini seimbang, tidak berat sebelah. Tapi penulis tetap akan membahas tentang stres karena tugas. Titik.

Stres pastinya akan menghambat produktivitas. Mahasiswa yang mengalami stres dalam mengerjakan tugas biasanya akan menganggap semesta tidak bersahabat dengan dirinya. Tidak bisa dipungkiri memang begitu adanya. Kemudian pada akhirnya karena sudah terlanjur stres, mahasiswa akan terkesan asal-asalan dalam menyelesaikan tugasnya. Biasanya hal paling klasik adalah budaya copy paste akan dilestarikan dalam tugasnya.

Sebenarnya dalam mengerjakan tugas potensi timbulnya stres bisa diminimalisir. Salah satu caranya adalah mencicil penyelesaian tugas itu jauh-jauh hari. Apalagi jika tugasnya banyak dengan deadline yang berdekatan, mencicil tugas memang harus dilakukan. Namun, terkadang walaupun sudah dicicil, tetap saja stres itu muncul meski tak terlalu akut. Tantangan terbesar sebenarnya adalah diri mahasiswa itu sendiri. Kebanyakan mahasiswa lebih suka menyelesaikan tugas ketika deadline pengumpulan sudah sangat dekat. Bahkan lebih parahnya ada mahasiswa yang menyelesaikan tugasnya beberapa jam sebelum tenggat waktu pengumpulan habis. Padahal, tugas sudah diberikan jauh-jauh hari oleh sang dosen. Ada-ada saja ya mahasiswa.

Ada satu solusi dari penulis yang bisa dilakukan untuk mengatasi stres yang dialami mahasiswa sekarang. Solusi itu adalah “me time”. Jika stres mulai melanda, penulis biasanya suka mengambil waktu untuk me time. Apa itu me time? Me time adalah waktu yang difokuskan pada diri sendiri atau bisa juga disebut menyendiri. Menyendiri untuk melepaskan kepenatan yang sudah sangat meresahkan. Refreshing, healing dan penyegaran diri. 

Segarkanlah diri jika memang sudah merasa tertekan, apalagi karena tugas. Dalam me time, penulis biasanya suka pergi sendiri ke tempat yang dirasa menyenangkan seperti ke bioskop, toko buku atau sekedar keliling kota. Pastinya semua itu dilakukan sendirian. Karena itulah disebut me time. Terbukti ketika melakukan itu semua, tingkat stres bisa menurun.

Tidak hanya pergi ke suatu tempat, me time juga bisa dilakukan dengan kegiatan lain seperti membaca buku, menulis, kulineran dan lain sebagainya. Terserah apa saja yang dianggap menyenangkan. Tapi ingat, semua itu dilakukan sendirian.

Sebagai pengingat, musuh terbesar yang mesti dihadapi adalah diri sendiri. Lawan dirimu sendiri. Jangan sampai malas dan stres menghambat produktivitasmu.

Muhammad Hussaini, Mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra Arab UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Tim redaksi al-Bayaanaat menerima naskah tertulis, opini, kajian bahasa dan sastra, cerpen, puisi, dan resensi buku. Tema bebas, disesuaikan dengan karakter  albayaanaat.com  sebagai media keilmuan mahasiswa bernafaskan bahasa, sastra, dan budaya yang dapat dibaca oleh semua kalangan. Kirimkan tulisan Anda ke email redaksi  albayaanat.uinsuka@gmail.com  dengan melampirkan biodata pribadi dan nomor telepon yang dapat dihubungi. Untuk syarat dan ketentuan pengiriman naskah, silahkan klik submit valid . Terima kasih. 

 

Posting Komentar

0 Komentar