Jalaluddin Rumi: Pertemuan dengan Sang Guru dan Produk Kreatif Kesusastraan

albayaanaat.com- Pada 30 September 1207 di Balkh (sekarang berada di Samarkand, Uzbekistan), lahirlah seorang penyair bernama Jalal ad-Din Mohammad ar-Rumi atau juga dikenal dengan Jalal ad-Din Mohammad Balkhi. Selama tujuh abad terakhir, karya-karya dan kisah perjalanan hidupnya dinikmati oleh banyak penduduk dunia. Puisi-puisinya banyak diterjemahkan ke berbagai bahasa. Hingga saat ini, ia dikenal sebagai “penyair terpopuler sepanjang sejarah” dan “penyair terlaris”. dia dikenal sebagai cendikiawan yang saleh dan seorang guru di Balkh. Ibunya adalah keturunan Ali bin Abi Thalib, Mu’mina Khatun. 

Ketika Rumi berusia tiga tahun—dalam tekanan tentara Mongol—keluarganya terpaksa meninggalkan Balkh. Mereka menetap di Qonya, ibu kota provinsi Rum. Dalam perjalanan pengungsian, keluarganya sempat singgah di kota Nishapur yang merupakan tempat kediaman penyair dan ahli matematika Omar Khayyam. Di kota inilah Rumi bertemu dengan Attar yang meramalkan, “Si bocah pengungsi ini kelak akan menjadi seorang masyhur yang akan menyalakan api gairah ketuhanan.”

Kehidupan awal Rumi dalam mendalami kesusastraan dan kepenyairan diisi dengan mengajar ilmu agama pada murid-muridnya. Sebelumnya, ia memang sudah ditempa ilmu agama oleh ayahnya. Pada suatu hari ketika ia tengah mengajar murid-muridnya dalam sebuah perkuliahan, seseorang yang belum dikenalinya tiba-tiba masuk ke perkuliahan yang tengah diampunya. Orang asing itu menanyakan dengan nada yang kasar sambil menunjuk tumpukan buku, “Apa ini?” Rumi menjawab dengan nada jengkel, “Kau tidak akan mengerti!” Mendapati jawaban yang demikian sinisnya dari Rumi, orang tersebut lantas membawa tumpukan buku itu dan membakarnya.

Melihat tindakan seorang yang tidak dikenalnya tersebut, Rumi menjadi jengkel dan balik bertanya, “Apa ini?” Seorang yang tidak dikenalnya tadi langsung menjawab dengan jawaban yang sama dengan jawaban Rumi sebelumnya, “Kau tidak akan mengerti.” Melihat respons tersebut, Rumi tersentak dalam kebingunan. Ia merasa bodoh, hingga akhirnya ia menjadikan orang yang tidak dikenalinya menjadi gurunya. Orang asing tersebut bernama Syamsuddin al-Tabrizi. Dialah guru yang mengubah dan membimbing Rumi secara drastis sehingga orientasi jihadnya menjadi cenderung ke batin. Pada puncaknya, Rumi menjadi seorang sufi yang popular dengan syair-syair indahnya. 

Pada suatu ketika, Syamsuddin Tabrizi meninggalkan Rumi tanpa memberitahu tujuan kepergiannya. Pasca kepergian gurunya, Rumi bagaikan anak yang kehilangan orang tuanya. Untuk mencurahkan isi hatinya serta kerinduannya terhadap gurunya, lahirlah kitab yang berjudul Diwan Syams Tabrizi. Kitab tersebut berisi antologi ghazal kerinduan Rumi kepada sang guru, Syamsuddin at-Tabrizi.

Baca juga: Kejutan Tersembunyi Puisi-Puisi Nizar Qabbani (albayaanaat.com)

Setelah purna bimbingan spiritual Syamsuddin at-Tabrizi kepada Rumi, sang guru pun wafat. Pembelajaran spiritual Rumi intra-individu berlanjut selepas pertemuannya dengan Husamuddin Ghalabi. Husamuddin menyuruhnya untuk menulis pengalaman spiritualnya dalam karya. Karya tersebut kemudian menjadi monumental dan popular yang berjudul Matsnawi dan Ma’nawi. Ia mendedikasikan karyanya tersebut kepada Husamuddin sampai akhir hayatnya pada 1273 M.

Yang membedakan Rumi dengan penyair-penyair lainnya adalah ia seringkali memulai syairnya dengan menggunakan kisah-kisah. Tapi hal ini bukan dimaksudkan menjadi prosa naratif. Kisah-kisah ini digunakan sebagai alat penunjang ungkapan ekspresi dan pikirannya. Banyak dijumpai dari berbagai kisah dalam puisi Rumi yang tampaknya berlainan tetapi kenyataannya memiliki kesejajaran makna simbolik. Pun beberapa tokoh sejarah yang ia tampilkan bukan dimaksudkan dalam konteks kesejarahan, akan tetapi sebagai imaji-imaji simbolik. Tokoh-tokoh semisal Yusuf, Musa, Yakub, Isa dan lain-lain ditampilkan sebagai lambang keindahan jiwa yang mencapai makrifat. 

Jalaluddin Rumi meninggalkan karya-karya sastra yang indah dan fonumental. Di antara kitabnya ada yang redaksinya berbentuk prosa dan ada yang susunannya berbentuk nazam.

Berikut ini beberapa karya yang redaksinya berbentuk prosa,

1. Al-Majalis as-Sab'ah, kitab ini berisi kumpulan nasihat dan pidato yang disampaikannya di atas mimbar-mimbar. Adapun isinya merupakan hasil dari pengembaraan hidup Rumi yang mempertemukan dirinya dengan sang guru, Syamsuddin al-Tabrizi.

2. Majmu'ah min ar-Rasa'il yang berisi sekumpulan surat yang ditulis oleh Rumi kepada para sahabat dan kerabatnya.

3. Fihi Ma Fihi berisi penyampaian dengan bentuk prosa. Kebanyakan pembahasan dalam setiap pasal-pasalnya merupakan jawaban dan tanggapan atas bermacam pertanyaan dalam konteks dan kesempatan yang berbeda-beda. Kitab ini berisi kumpulan materi perkuliahan, refleksi dan komentar yang membahas masalah sekitar akhlak dan ilmu-ilmu irfani yang dilengkapi dengan interpretasinya atas al-Qur'an dan hadis.

Sementara karya-karya Rumi yang berupa nazam adalah sebagai berikut,

1. Diwan Syams Tabrizi. Kitab ini berisi ghazal yang diubah dengan mengikuti bahar-bahar vatiatif dengan jumlah baitnya mencapai 43.000 bait. Rumi mengubah diwan ini untuk mengungkapkan kerinduannya yang membuncah kepada gurunya, Syamsuddin Tabrizi. 

2. Ruba'iyat yang terdapat 1.659 bait yang wazan-nya berbentuk ruba'i (terdiri dari empat baris). Sementara keseluruhan baitnya mencapai 3.318 bait.

3. Matsnawi yang berisi nazam berbahasa Persia. Dalam setiap baitnya terselip rima yang menyendiri dan rima bait-bait lainnya. Namun, dua penggalan dalam satu baitnya tetaplah sama.

Toto Rizkyanto, Mahasiswa Bahasa dan Sastra Arab, Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga.

Tim redaksi al-Bayaanaat menerima naskah tulisan berupa, opini, kajian bahasa dan sastra, cerpen, puisi, dan resensi buku. Tema bebas, disesuaikan dengan karakter albayaanaat.com sebagai media mahasiswa cendekia bernafaskan bahasa, sastra, dan budaya yang dapat dibaca oleh semua kalangan. Silahkan kirim karya tulis kalian ke email redaksi albayaanat.uinsuka@gmail.com dengan melampirkan biodata diri serta nomor telepon yang bisa dihubungi. Untuk syarat dan ketentuan pengiriman naskah, silahkan klik kirim naksahTerimakasih.


Posting Komentar

0 Komentar