Makna Pandemi dan Upaya Menghidupkan Obor Tradisi Jawa di Masa Lalu

Upaya Menghidupkan Obor Tradisi Jawa dan Korelasinya di Masa Pandemi, tradisi jawa, budaya jawa, pandemi, covid-19, adat jawa, albayaanaat, albayanat, bsa uin suka, sayur lodeh, sumur, padasan

Albayaanaat.com - Beberapa bentuk tradisi yang dilakukan oleh orang-orang tua zaman dahulu  memang terkesan tidak praktis. Namun jika dilihat dari segi manfaatnya, tradisi-tradisi tersebut justru berdampak besar bagi kehidupan sehari-hari. Hal ini terlihat -khususnya- pada budaya Jawa. Pada zaman dahulu, di setiap halaman rumah warga selalu terdapat sebuah sumur dan padasan (tempat air). Sumur tersebut digunakan oleh seseorang untuk membersihkan tubuhnya setelah bepergian. Tujuannya adalah untuk membersihkan tubuh dari sesuatu yang menempel, seperti kuman, virus, dan sebagianya. Air sumur itulah yang digunakan untuk membersihkan tubuh setiap orang agar sengkolo (hal yang membawa marabahaya) tidak ikut masuk ke rumah.

Begitu pula dengan adanya pawon (dapur). Jika seseorang telah melakukan perjalanan panjang, maka dianjurkan untuk masuk ke pawon terlebih dahulu dengan tujuan memanaskan kaki dan tangan. Hal ini dilakukan agar tangan dan kaki steril dari hal-hal negatif yang terbawa ke dalam rumah dan hal-hal tersebut tentu sangat relevan dengan peristiwa pandemi yang terjadi saat ini.

Baca Juga  Parade Santri

Sesuai dengan namanya, pandemi dalam bahasa pewayangan disebut dengan “goro-goro” yang artinya masa dimana dunia sedang mengalami kekisruhan dan kekacauan. Selama peristiwa pandemi, kita sangat dianjurkan untuk disiplin dalam menjaga kesehatan dan kebersihan diri. Mulai dari mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, mandi minimal dua kali sehari terutama setelah bepergian, mensterilkan barang-barang dengan disinfektan, dan upaya pencegahan lain supaya tidak tertular Covid-19. Sebenarnya, hal tersebut sudah dilakukan oleh orang-orang terdahulu dengan melakukan beberapa kebudayaan dan kebiasaan, sebagaimana telah dijelaskan di atas.

Selain itu, saat terjadi peristiwa pandemi orang-orang Jawa dahulu terbiasa memasak sayur lodeh. Mengapa sayur lodeh? Menurut kepercayaan masyarakat, sayur lodeh merupakan sayur yang mengandung tujuh macam sayuran, seperti waluh atau labu, kacang panjang, daun melinjo, nangka muda, terong, dan sebagainya.  Tentu setiap sayuran memiliki makna filosofisnya masing-masing. Makna filosofis ini mengandung banyak nasihat-nasihat, seperti tidak bepergian untuk hal yang tidak penting, menjaga keluarga agar tetap aman dan sehat, selalu bersyukur dalam keadaan apapun, dan tetap tangguh ketika diberi cobaan. 

Nasihat ini pun sangat relevan dengan kondisi pandemi yang sedang berlangsung. Hal ini dapat menjadi sarana untuk introspeksi dan berdialog dengan diri sendiri. Kita pun menjadi sadar akan betapa kayanya khasanah budaya Jawa masa lalu dan betapa kreatifnya leluhur zaman dahulu untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan tugas kita adalah menjaganya agar nyala obor tidak redup hingga generasi selanjutnya.

Alaina Fatha Nabila, penulis adalah mahasiswi semester tujuh Program Studi Bahasa dan Sastra Arab, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Tim redaksi al-Bayaanaat menerima naskah tulisan berupa, opini, kajian bahasa dan sastra, cerpen, puisi, dan resensi buku. Tema bebas, disesuaikan dengan karakter albayaanaat.com sebagai media mahasiswa cendekia bernafaskan bahasa, sastra, dan budaya yang dapat dibaca oleh semua kalangan. Silahkan kirim karya tulis kalian ke email redaksi albayaanat.uinsuka@gmail.com dengan melampirkan biodata diri serta nomor telepon yang bisa dihubungi. Untuk syarat dan ketentuan pengiriman naskah, silahkan klik kirim naksahTerimakasih.   

Posting Komentar

0 Komentar