Mamu Zein: Romansa Kasih Tak Sampai

albayaanaat.com- Kisah romansa yang berasal dari Timur Tengah berjudul Mamu Zein karangan Dr. Said Ramadhan al-Buthi dipentaskan oleh kelas B sebagai penutup dramaturgi mahasiswa Bahasa dan Sastra Arab (BSA) 2018. Drama ini berkisah tentang kasih tak sampai yang dialami dua insan yang bernama Mamu dan Zein. Drama tersebut menampilkan perjalanan cinta, pengorbanan, tantangan, pengkhianatan dan dusta yang dikemas dengan apik. Beberapa tokoh antagonis dimunculkan untuk mencegah impian Mamu dan Zein untuk bersatu.

Produksi drama Mamu Zein dipimpin oleh Gilang Inggit Maulana dan disutradarai oleh Abdul Mannan. Sementara, naskah diadaptasi oleh Saila Fadhila, Rizki Ananda dan Mahfudz Siddiq. Saila memaparkan alur kisah Mamu Zein kepada al-Bayaanaat via WhatsApp pada Senin, 17 Januari 2022. 

Zein dan Siti adalah putri sekaligus adik pangeran Kerajaan Buton. Pangeran selalu tegas kepada kedua adiknya dengan melarang mereka keluar istana dengan alasan keamanan. Kekangan yang diterapkan pangeran membuat Zein dan Siti kesal, hingga mereka nekat melanggar aturan. Mereka keluar istana pada musim semi dan menyamar sebagai laki-laki untuk menutupi identitas mereka.

Saat musim semi, Siti dan Zein melancarkan aksinya. Mereka berharap dapat bergaul dengan remaja laki-laki di pesta itu dan bertemu dua orang wanita saat pesta berlangsung—yang sebenarnya merupakan dua laki-laki yang menyamar—kebalikan dari Zein dan Siti. Kedua putri tersebut terpesona dan memiliki perasaan aneh ketika menatap dua wanita itu . Hal yang sama juga dialami Mamu dan Tajuddin hingga akhirnya kedua laki-laki yang sedang menyamar itu tak sadarkan diri. Siti dan Zein yang melihat kejadian itu berpikir dengan cepat lalu menukarkan cincin mereka. 

Baca jugaNuansa Haru Jatuhnya Mesir ke Tangan Napoleon dalam Drama Ad-Dūdah wa Ats-Tsu’bān (albayaanaat.com)

Kisah mereka bermula dari kejadian pesta tersebut. Beberapa hari setelah pesta, Siti dan Zein menderita sakit yang tidak biasa, hal yang sama juga dialami oleh Mamu dan Tajuddin. Khawatir dengan keadaan kedua putri yang sakit aneh, Heilana (pelayan kerajaan) mencari pemilik cincin yang ditukarkan oleh Zein dan Siti. Dengan melakukan berbagai cara, Heilana berhasil menemukan pemilik cincin tersebut yaitu Mamu dan Tajuddin yang merupakan laki-laki. Heilana kemudian menyarankan Mamu dan Tajuddin untuk segera melamar Zein dan Siti.

Kronologi sakit aneh yang diderita Siti dan Zein mengejutkan Heilana. Saila sebagai pengadaptasi naskah mengonfirmasi bahwa ketakutan dan kekhawatiran Heilana muncul karena kedua putri kerajaan memiliki kelainan karena keanehan yang ia lihat, yaitu menyukai wanita. Dugaan tersebut muncul karena jejak yang tertinggal hanyalah cincin wanita yang mereka tukarkan saat pesta. Namun, keraguan tersebut terbantahkan saat diketahui cincin tersebut milik dua pria yang sedang menyamar. 

Mamu dan Tajuddin  memikirkan saran Heilana dan sepakat bahwa Tajuddin yang akan melamar Siti lebih dahulu. Hal ini dilakukan agar Mamu mendapat kemudahan saat melamar Zein. Namun, takdir berkata lain, banyak masalah yang menunggu mereka di depan.

Tajuddin memberanikan diri menghadap pangeran untuk melamar Siti. Lamaran tersebut diterima oleh pangeran kerajaan. Setelah keberhasilan Tajuddin, muncul sosok Bakar sebagai penasehat pribadi pangeran, keberadaannnya bak benalu di badan. Ia mengahasut pangeran agar menolak lamaran Mamu yang ingin meminang Zein. Ia menuduh laki-laki seperti Tajuddin dan Mamu berniat merebut tahta kerajaan. Hasutan Bakar menyulut api kemarahan pangeran dan berimbas penolakan terhadap pinangan Mamu.

Singkatnya setelah penolakan tersebut. Mamu dipenjara karena bersikeras ingin menikahi Zein. Zein menderita kesedihan amat mendalam yang mengakibatkan tubuhnya menjadi kurus. Siti dan Tajuddin yang tak tega, berunding agar dapat membebaskan Mamu. Mereka  menghadirkan syekh guna menasehati pangeran. Pangeran yang mulai tercerahkan berjanji menikahkan Mamu dan Zein secepatnya. Namun, sudah terlambat, Mamu tidak sadarkan diri, sedangkan Zein sudah sangat kurus dan lemah tubuhnya. Zein yang lemah dibawa menuju Mamu, pertemuan pertama mereka setelah lama berpisah sekaligus perpisahan akhir bagi mereka berdua. Mamu yang sudah tak berdaya menghembuskan nafas terakhirnya. Zein hanya menangis, meratapi tubuh kekasihnya yang tak bernyawa. Pemakaman dimulai, Tajuddin yang tidak terima atas kematian dan penderitaan sahabatnya bergegas mengambil belati.

Tajuddin membunuh Bakar si penghasut istana, dia kalap hingga tidak sengaja menikam Siti  (istrinya) lalu pangeran. Selain itu, Zein juga tak luput dari kemarahan Tajuddin. Setelah semua terbunuh, Tajuddin yang menyesali tindakannya memilih mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri.

Baca jugaAli Baba dan Para Penyamun: Pembuka Teater Aswad 2022 (albayaanaat.com)

Sebagai pengadaptasi naskah, Rizki Ananda menjelaskan faktor pemilihan cerita Mamu Zein berasal dari masukan mayoritas anggota kelas yang menyarankan romantisme. Mereka beranggapan genre romantisme sesuai dengan kehidupan remaja. “Ini merupakan kisah nyata yang diilustrasikan pengarang dengan kata-kata indah. Latar pementasan juga cukup mudah,” ucap Rizki saat dihubungi al-Bayaanaat via WhatsApp (26/01/2022).

Penggarapan naskah menghabiskan beberapa bulan dengan menyesuaikan aktor, latar, humor dan masa sekarang. Rizki juga menambahkan pesan moral dalam kisah ini adalah cinta suci dari seorang hamba akan sampai kepada Sang Khalik. “Kesedihannya sempat menggoyahkan imannya, hal itu berbalik, haus rindunya tertahan dengan dzikrullah,” tambahnya. Kini drama tersebut sudah dapat dinikmati di kanal YouTube Teater Aswad.

Kesedihannya sempat menggoyahkan imannya, hal itu berbalik, haus rindunya tertahan dengan dzikrullah

Rahmat/Hidayati

Tim redaksi al-Bayaanaat menerima naskah tulisan berupa, opini, kajian bahasa dan sastra, cerpen, puisi, dan resensi buku. Tema bebas, disesuaikan dengan karakter albayaanaat.com sebagai media mahasiswa cendekia bernafaskan bahasa, sastra, dan budaya yang dapat dibaca oleh semua kalangan. Silahkan kirim karya tulis kalian ke email redaksi albayaanat.uinsuka@gmail.com dengan melampirkan biodata diri serta nomor telepon yang bisa dihubungi. Untuk syarat dan ketentuan pengiriman naskah, silahkan klik kirim naksahTerimakasih.


Posting Komentar

0 Komentar