Taman Kata-Kata

            Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, 

            Dengan kata yang tak sempat diucapkan

            Kayu kepada api yang menjadikannya abu.

Karim menatap dalam-dalam tulisan di pojok taman fakultas itu sambil mengunyah risoles yang ia beli di kantin. Mahasiswa jurusan Sastra Inggris yang kebingungan tersebut sadar ketika alarm di hp-nya berbunyi, tanda masuk kelas menulis fiksi. Dengan rasa kebingungan pun ia berjalan, ia melamun sampai masuk kelas. Mahasiswa seisi kelas melihatnya dengan kebingungan juga. Karim yang masih terbayang kata-kata di taman fakultas itu pun keluar dari kelas yang salah tanpa merasa salah. Di kelas yang benar, Karim merebahkan punggung ke kursi bermeja khas mahasiswa. Ia masih saja disihir kata-kata itu. 

Kok bisa yah? Orang itu merangkai kata dengan aduhai, meskipun kita tak tau artinya tapi syahdu saja rasanya,’ ucap Karim dalam hati sambil menggelengkan kepala.

“Selamat siang, Saudara,” suara dosen yang sudah dua per tiga baya.

“Siang, Paaaakk,” jawab semua temannya, kecuali Karim. 

“Hari ini kita akan melanjutkan pembahasan tentang cerpen. Tapi maaf, setengah jam lagi saya ada rapat dekanat. Jadi tolong, setelah saya meninggalkan ruangan, saya persilakan saudara sekalian membuat cerpen kecil-kecilan, maksimal satu halaman. Maksud?” ungkapnya dengan nada kelelahan.

“Maksud, Pak,” jawab para mahasiswa di kelas tersebut. 

“Baik, kita sekarang akan membahas tentang teori fiksi,” lanjut Pak Dosen.

Ketika sedang asyik-asyiknya menjelaskan, Pak Dosen tiba-tiba berhenti dan melihat jam tangannya yang tentu dengan memicingkan matanya. 

“Saudara-saudara, sekarang saya persilakan Anda untuk menulis sebuah cerpen maksimal satu halaman saja. Terima kasih,” ucap Pak Dosen yang siap-siap mengemasi bukunya di atas meja, lalu meninggalkan ruangan. 

Guys, gimana kalo hasil tulisan kita, kita kirim bareng-bareng ke media cetak, siapa tau salah satu di antara kita ada yang kepilih cerpennya,” ucap Anggun, mahasiswi yang suka warawiriwehwehweh ini mencoba mengusulkan idenya.

“Boleh juga tuh, tapi jangan semuanya, mending kita seleksi naskahnya, terus yang dikirim ke media cetak itu 10 naskah aja. Kayaknya nggak semua tulisan yang ada di kelas ini layak deh,” ucap Aris, mahasiswa yang 10 kali menang lomba menulis cerpen itu dengan nada rendah di akhir kalimat.

Anggun menjawab, “Emang boleh, selayak ituu? Okeh, aku percaya aja deh, sama orang yang udah menang 10 kali.” 

“Baik, nanti naskahnya paling lambat jam 8 malem yah,” ucap Aris menutup percakapan.

Setelah sholat maghrib, Karim melanjutkan cerpennya yang setengah matang itu dengan ditemani kopi dan suara kipas angin di kamar kosnya. Satu jam, dua jam, sampai tiga jam ia baru sadar belum menemukan ending-nya. Akhirnya ia teringat materi seminar, bahwa fiksi ditulis dengan gaya apa saja. Setelah itu, tanpa pikir panjang ia langsung mengetik ending cerpennya yang cukup mengenaskan. Lalu ia kirim naskahnya ke Aris sambil meminta maaf karena terlambat. 

Cerpen macam apa ini, tidak masuk akal.’ Pesan balasan Aris itu pun membuatnya terkejut.

Karangan yang dengan susah payah ia tulis itu dibilang tidak masuk akal? Karim tidak membalas pesannya.

---

“Malam ini, kita kedatangan penyair kawula muda yang nyentrik gaya dan puisinya, Mas Karim.” Gemuruh suara tepuk tangan yang berjumlah ratusan itu memecah lamunan Karim di belakang panggung.

Pada malam itu ia mengungkapkan bahwa ia membuat puisi berawal dari kekecewaan terhadap cerpen, karena cerpennya yang sudah memakan banyak waktu dan halaman itu dibilang tidak masuk akal. Lalu di akhir materinya ia menayangkan sebuah kata-kata beserta gambar lelaki tua yang sudah tiada.

            Aku ingin mencintaimu dengan sederhana,

            Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan

            Awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.

Baca juga: Sebab Aku Berjalan (albayaanaat.com)


Muhammad HaniefMahasiswa Bahasa dan Sastra Arab UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Tim redaksi al-Bayaanaat menerima naskah tulisan berupa, opini, kajian bahasa dan sastra, cerpen, puisi, dan resensi buku. Tema bebas, disesuaikan dengan karakter albayaanaat.com sebagai media mahasiswa cendekia bernafaskan bahasa, sastra, dan budaya yang dapat dibaca oleh semua kalangan. Silahkan kirim karya tulis kalian ke email redaksi albayaanat.uinsuka@gmail.com dengan melampirkan biodata diri serta nomor telepon yang bisa dihubungi. Untuk syarat dan ketentuan pengiriman naskah, silahkan klik kirim naksahTerimakasih.

Posting Komentar

0 Komentar