Ṭibb al-Qulūb: Do’a dan Diksi Indah

Ṭibb al-Qulūb: Do’a dan Diksi Indah, kajian bahasa, bahasa dan sastra arab, albayaanaat, al-bayanat, al-bayaanaat, bsa uin suka, fakultas adab dan ilmu budaya, uin sunan kalijaga,

Albayaanaat.com - Masa pandemi identik dengan pertarungan antara sistem imun dan sumber penyakit. Dalam menghadapi situasi ini, diperlukan adanya usaha atau ikhtiar yang berupa pencegahan, pengobatan, dan perawatan. Ikhtiar sendiri terbagi menjadi dua, yaitu ikhtiar secara jasmaniah dan ilahiah. Ikhtiar jasmaniah dapat dilihat dalam bentuk protokol kesehatan yang selalu digaungkan di setiap kesempatan. Masyarakat bersama-sama mengambil peran dalam mencegah persebaran covid-19. Adapun ikhtiar ilahiah adalah bentuk usaha dalam melawan pandemi dengan lebih melibatkan kekuatan Tuhan melalui kegiatan ubudiah, seperti berdoa.

Di antara doa yang masif diamalkan dalam masa pandemi, yaitu melalui selawat ibb al-qulūb. Selawat ini sering kali dilantunkan setiap saat, baik secara mandiri maupun kolektif dalam sebuah forum. Dengan nada yang khas, harapan dilangitkan melalui selawat tersebut. Apabila dilihat dari kacamata linguis, selawat ibb al-qulūb tidak hanya berisi tentang untaian kalimat berujung harapan, tetapi juga beberapa diksi yang indah dan perlu mendapatkan perhatian khusus. Hal ini dikarenakan pada diksi-diksi tersebut terdapat keterkaitan dan satu pemahaman utuh. Diksi-diksi yang dimaksud adalah sebagai berikut.  

1.    ibb

Dalam kamus al-Munawwir (1997: 836) kata ibb dimaknai sebagai pengobatan. Makna lainnya adalah pengobatan raga dan jiwa / علاج الجسم والنفس sebagaimana dalam kamus al-Ma’āny. Ini menunjukkan bahwa ibb merujuk pada setiap aksi yang bertujuan untuk mengobati. Dengan kata lain, bahwa ibb dapat pula diartikan sebagai proses. Seiring berkembangnya kajian kebahasaan, istilah Arab ini nantinya akan berkaitan dengan kemunculan istilah tabib sebagai orang yang pekerjaannya mengobati orang sakit secara tradisional. Meskipun teknologi pengobatan sudah canggih, orang Arab tetap menggunakan turunan istilah ibb untuk dokter, yaitu abīb.

2.    Dawā

Dawāadalah kata kedua yang dijumpai dalam ibb al-Qulūb. Arti dari dawā adalah obat. Makna tersebut dibahasakan dalam kamus al-Ma’āny sebagai ما يتداوى به ويعالج yang berarti sesuatu yang digunakan untuk mengobati. Kaitan dawādengan ibb terletak pada hubungan proses dan hasil. Proses ditunjukkan pada ibb sebagai pengobatan atau proses dalam mengobati, sedangkan hasil dari pengobatan itu adalah munculnya obat yang disebut dawā’.

3.    Āfiyah

Āfiyah adalah kondisi kesehatan yang bersifat sempurna  الصحة التامة. Hampir sama dengan al-iḥḥatu, keduanya merujuk kepada rasa nyaman dalam tubuh, merasa kuat, serta jauh dari sakit dan mara bahaya. Meskipun disebutkan bahwa makna sehat lebih luas, tetapi ruang lingkupāfiyah lebih detail. Hal ini dikarenakan kaitannya dengan kondisi terbebasnya dari sakit dan cacat, serta dijauhkannya dari keburukan dan mara bahaya.

4.    Syifā

Makna dari syifā adalah kesembuhan. Sembuh merupakan ujung dari pengobatan maupun perawatan. Keadaan ini menjadi puncak dari rangkaian proses medis sebagaimana disebutkan oleh diksi-diksi sebelumnya. Ketika rangkaian tersebut diruntutkan dalam sebuah fase, maka akan menjadi kesatuan yang utuh.


Runtutan utuh fase medis diawali dari orang merasa sakit atau مريض . Dalam keadaan ini, orang sakit akan melakukan ibb atau berobat pada tabib ataupun abīb (dokter). Setelah itu, dia akan mendapatkan dawā atau obat, baik dalam bentuk sesuatu yang masuk ke tubuh maupun dalam bentuk yang lain. Kemudian, reaksi tubuh setelah mendapatkan obat sebagai wasilah pertolongan Tuhan adalah merasakan syifā atau kesembuhan. Ketika orang sakit itu merasa benar-benar sembuh dari sakitnya atau merasa sehat dan dalam kondisi prima, maka dia disebut sebagai āfiyah atau kesehatan yang sempurna.


Berikut adalah uraian doa dalam selawat ibb al-qulūb yang dikaji dari perspektif linguistik. Benar bahwa diksi yang disebutkan di dalamnya memiliki keterkaitan dan pengertian utuh. Tentunya setiap karya maupun rangkaian kata yang lain dapat ditinjau dari berbagai aspek, baik itu lafi maupun ma’nawi. Masing-masing memiliki rahasia untuk dapat diungkap menjadi sebuah pengetahuan yang baru. Pengetahuan yang terus disempurnakan untuk menjadi bagian dari khazanah keilmuan. Demikian semoga dapat bermanfaat.

Muhammad Irfan Maulana, penulis merupakan penikmat diksi dan segala sensasi. Mahasiswa semester akhir UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Ig: @irfanseribu

Tim redaksi al-Bayaanaat menerima naskah tulisan berupa, opini, kajian bahasa dan sastra, cerpen, puisi, dan resensi buku. Tema bebas, disesuaikan dengan karakter albayaanaat.com sebagai media mahasiswa cendekia bernafaskan bahasa, sastra, dan budaya yang dapat dibaca oleh semua kalangan. Silahkan kirim karya tulis kalian ke email redaksi albayaanat.uinsuka@gmail.com dengan melampirkan biodata diri serta nomor telepon yang bisa dihubungi. Untuk syarat dan ketentuan pengiriman naskah, silahkan klik kirim naksahTerimakasih.          

Posting Komentar

0 Komentar