Baru!!! SHC Arabic Corner Adakan Diskusi Kajian Dialek Arab

 


Diskusi keenam telah diadakan oleh SHC Arabic Corner pada pukul 13.00-15.00 WIB (27/03) yang berlangsung di platform Zoom, live streaming YouTube dan live streaming Facebook. Diskusi ini merupakan kegiatan yang dilakukan secara rutin setiap dua pekan sekali. Tema yang diangkat kali ini adalah “Kajian Dialek Arab” yang dinarasumberi langsung oleh Dr. Mahmud Hamzawi Fahim Usman, seorang Dosen berkebangsaan Mesir yang kini berada di Indonesia dan menjadi Dosen Bahasa Arab STIM Surakarta. 

Diskusi kali ini dipimpin oleh Imam Wicaksono, Lc., M.A., Dosen Sastra Arab Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Diawali dengan ramah tamah, diskusi kali ini mampu mendekatkan narasumber dengan para peserta diskusi. Adapun para peserta diskusi berasal dari beberapa universitas diantaranya Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Sekolah Tinggi Islam al Mukmin (STIM) Surakarta, dan dari beberapa kalangan lain.

Pembahasan kali ini mengenai bahasa daerah atau dialek yang merupakan cabang bahasa resmi pribadi dan independen yang tidak tunduk pada semua kontrol fonemik, tata bahasa, dan morfologis dari bahasa resmi. Ini adalah alasan mengapa bahasa dianggap sebagai bentuk penggunaan yang paling mudah, tercepat, dan efektif dalam kehidupan sehari-hari. Orang Arab sebelum Islam dan setelah Islam menggunakan dialek khusus mereka dalam komunikasi sehari-hari. 

Fenomena keberadaan dialek ini tidak terbatas pada bahasa Arab saja, tetapi banyak bahasa yang memiliki fenomena tersebut, seperti bahasa Tamil, bahasa Jawa, bahasa Mandarin, dan bahasa Yunani. Ada banyak faktor yang menyebabkan adanya ciri khas masing-masing dialek, terutama pada kosa kata. Diantara faktor-faktor tersebut adalah letak geografis, latar belakang sejarah dan politik, keturunan/etnis, demografi yang termasuk pendatang, dan ketergantungan budaya. Secara umum, perbedaan antara dialek Arab dan bahasa resmi atau antara dialek Arab dan dialek Arab lainnya tidak mempengaruhi kesalahpahaman lebih dari 30-50%.

Dr. Mahmud Hamzawi Fahim Usman

Dialek Mesir (Kairo) merupakan dialek paling terkenal di dunia Arab karena formasi Mesir pada aspek budaya dan media lebih maju dibanding yang lain, serta banyaknya pekerja Mesir di berbagai negara Arab lainnya. Adapun dialek Arab populer lainnya  sesuai dengan urutan yaitu dialek Teluk (khususnya Arab Saudi), dialek Levantine dan Irak, dialek Maghrib, dialek Libya, dan dialek Sudan. Semua dialek Arab dapat dipelajari secara bersamaan dengan kemampuan mengingat yang baik.

Baca Juga Cendekiawan-Sastrawan Arab Modern Jebolan Prancis

Dr. Mahmud Hamzawi Fahim Usman juga menyampaikan, bahwa pelajar asing yang ingin mempelajari bahasa standar dan gaul ('amiyah) itu tidak akan bermasalah, bahkan lebih baik demikian. "Saya menyuruh dialek Arab itu dimasukkan dalam kurikulum di Indonesia (teks yang akurat sila disimak kembali di YouTube)",  begitu ujarnya di sela-sela webinar.

Ketika salah seorang audiens menanyakan perihal keterancaman bahasa Arab karena faktor Arabisasi, beliau menjawab, bahwa bahasa yang menyerap hingga 70% pun tidak akan membuat bahasa tersebut punah. Bahkan bahasa tersebut bisa lebih berkembang dan dinamis. "Teori pemurnian itu munafik!", ungkapnya dengan nada yang sangat khas.

Dr. Mahmud Hamzawi Fahim Usman dalam acara tersebut sengaja menggunakan tiga bahasa, yakni bahasa Indonesia, Arab dan Inggris. Menurutnya, karena tidak semua peserta yang mengikuti webinar tersebut mempunyai kemampuan yang mumpuni dalam bahasa Arab. Sehingga pemaparan dengan bahasa Arab murni beliau hindari. (Affandi/Hidayati)


Posting Komentar

4 Komentar

  1. Mantep, nih. Coba aja ngomong Arab tapi pake dialek Jawa!

    BalasHapus
  2. Ade Surya Prabandari Putri3/27/2021 6:17 PM

    Banyak dialek yang kadang2 terdengar asing ditelinga kita.. Kalo ndak tau bisa2 salah faham juga.. Inilah pentingnya belajar lahjah

    BalasHapus
  3. Terima kasih pemberitaannya. Semoga semakin terdengar gaung syiar Ar-Ruknul Araby. Nantikan diskusinya yang ketujuh.

    BalasHapus

Silahkan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan pembahasan